Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Pegawai
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orang lain untuk mencapai tujuan dengan
antusias (Hani Handoko). Hal ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat
sebagai suatu kelompok bersama dan mendorong mereka dalam pencapaian tujuan.
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha
semua pekerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan, maka
tujuan perseorangan dan tujuan organisasi menjadi renggang (lemah). Keadaan ini
menimbulkan situasi dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan
pribadinya, sementara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam
pencapaian sasaran-sasarannya.
Seorang pemimpin
dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi orang lain atau
bawahan agar mau melakukan apa yang diperintahnya. Hal ini penting karena
bagaimanapun seorang pemimpin mempunyai peran sebagai figur yang dapat
dijadikan contoh oleh para bawahannya. Selain itu, Pemimpin juga disebut-sebut
sebagai leader yang berfungsi melakukan hubungan interpersonal dengan
bawahannya dengan cara memimpin, memotivasi, mengembangkan, dan mengendalikan
para bawahannya supaya bekerja sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya
masing-masing.Ada 3 teori dasar tentang kepemimpinan yaitu :
1. Teori
sifat
Teori awal tentang
sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Pada
waktu itu orang percaya bahwa pmimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat.
Teori the Great Man menyatakan bahwa seseorang dilahirkan
sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak
mempunyai sifat pemimpin. Teori ini dijelaskan pula oleh Keith Davis yang
merumuskan empat sifat umum pemimpin yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu organisasi.
a. Kecerdasan.
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
b. Kedewasaan
dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai
emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap
aktivitas-aktivitas social. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c. Motivasi
diri dan dorongan prestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan
motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.
d. Sikap-sikap
hubungan kemanusiawian. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri
dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak padanya.
2. Teori
kelompok
Teori kelompok
beranggapan agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat
suatu pertukaran yang positif antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara
pemimpin dan pengikutnya ini. Dengan perkataan lain, teori ini menunjukan bahwa
para bawahan dapat mempengaruhi pemimpin dengan perilakunya, sebanyak
pemimpin beserta perilakunya mempengaruhi para bawahannya. Sudah barang
tentu hal ini semuanya baru merupakan anggapan dari pemahaman “social
learning” dalam kepemimpinan.
3. Teori
situasional
Teori ini
menjelaskan bahwa pemimpin yang timbul dikarenakan situasi pada waktu itu. Ada
beberapa variable situasional yang mempengaruhi pengaruh terhadap peranan
kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya berikut pelaksanaan kerja para
pengikutnya.
B. Kinerja
Pegawai
Kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk
menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu. Mangkunegara,
mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai berikut: “Kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan Sedarmaya mendefinisikan kinerja berarti prestasi kerja, pelaksanaan
kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja atau unjuk kerja atau penampilan
kerja. Jadi dari dua pendapat itu dapat ditarik kesimpulan, kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi
sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk menciptakan
tujuan organisasi.
Selain itu
menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson, faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
a) Kemampuan
mereka.
b) Motivasi
dari atasan.
c) Dukungan
yang diterima.
d) Keberadaan
pekerjaan yang mereka lakukan.
e) Hubungan
mereka dengan organisasi.
Handoko mengemukakan, penilaian kinerja atau prestasi kerja (performance
aprasial) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi
kerja karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan personalia
dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka. Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
a) Mendorong
orang ataupun karyawan agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan
mereka yang di bawah standar.
b) Sebagai
bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan tersebut telah bekerja dengan
baik.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pegawai adalah proses suatu
organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Oleh karena itu yang perlu
diperhatikan pada kinerja seseorang adalah adanya suatu kegiatan yang telah
dilaksanakan. Agar hasil kerja yang dicapai oleh setiap pegawai sesuai dengan
mutu yang diinginkan, waktu yang ditentukan, maka penilaian kinerja pegawai
mutlak diperlukan oleh setiap organisasi.
Disini kepemimpinan bisa diartikan
kemampuan serta tingkah laku pimpinan secara keseluruhan dalam mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Keberhasilan suatu perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun
swasta sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat pada perusahaan
yang bersangkutan. Mutu kepemimpinan seseorang dilihat dari komunikasi yang
terjadi dengan bawahannya, memberikan semangat dan motivasi kerja.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kelebihan-kelebihan di bandingkan dengan bawahannya yakni seorang pimpinan dituntut untuk bisa berbagi tentang informasi mengenai kemajuan kerja, kendala dan permasalahan yang sedang dialami, kemungkinan solusi bagi permasalahan yang mengggangu serta bagaimana pimpinan dapat membantu secara langsung kendal-kendala pekerjaan bawahannya dan mengawasi setiap tingkah laku pekerjaanya agar dapat dilakukan secara optimal dan menghasilkan peningkatan kinerja yang signifikan melalui evaluasi secara berkala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar